Langsung ke konten utama

Postingan

BUDAK BAHEULA

Budak Baheula Yeuh aya digi2reun, heh nu gelo ulah ganeng nde obo. Insya Allah enying2 bde ngiring, jng ibuna naek kuda di Ganesa. Yeuh, ieu anak saya, kasep bageur Sh0leh nurun ti bapana, gaduh kaos kaci seueur warna warni, topi r0mpi bde meser tangal hiji. Sing luhur sak0la, elehkeun si bapa, bagikeun elmuna, anu s0mb0ng m0al b0ga babaturan. Yeuh, tingal diri kami, langkung bagja tikaluar gajemara, artos seueur tapina m0al be2ja, kami sieun bilih dipa0k tatangga. Yeuh, hayeuh geura gede, indonesia geus direbut kel0ng wewe, lamun maneh ci2ng wae teu kabere, mun teu kabere mendingan ci2ng wae. Upami si bapa ngan nyieun ka era, mun kitu hampura, bapa mah maklum  budak baheula.

Peradagangan wanita dijaman modern

Dan para wanita pun diperdagangkan diajang Miss World Kecantikan bukanlah hal yang harus dipamerkan, lekuk tubuhmu bukanlah sesuatu yang harus kau banggakan. Disanalah derajat kaum wanita kembali ke jaman prasejarah dimana kaum wanita di injak2, hanya dijadikan pemuas hasrat seks. Bedanya, wanita sekarang di injak2 derajatnya bkan dngn cara kasar tapi dngn cara "oh engkau begitu cantiknya sehingga semua mata trtuju padamu" smua mata nafsu kekaguman trtuju pd bgian lekuk tbuhmu. Adakah yng brtafakur atas keindahan sang pencipta atas keindahan itu? Hanya sdkit. Wanita adalah perhiasan dunia akhirat, perhiasan layak utk dijaga dr sembarang mata dan jamahan tangan2 nakal. Sang pencipta pun mengapresiasi wanita krna keluarbiasaannya dngn adanya surat AN-NISA, lantas knp manusia sndiri yang scra tolol malah menjatuhkn derajatnya? Dan tu jgn tdk sesuai dgn adat istiadat dn l0cal wisdom di indonesia. Inilah yang menjadi filosofi knp hal itu ditolak. Gunakan logika anda, buang

MY SKRIPSI : PEDAYAGUNAAN ZAKAT MENURUT YUSUF QARDHAWI

BAB I PENDAHULUAN A.        Latar Belakang Masalah      Allah SWT berfirman dalam Qur'an surat At-Taubah ayat 103: "Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan" (Depag RI, 2000: 162).      Zakat merupakan bentuk nyata solidaritas sosial dalam Islam. Dengan zakat, maka dapat  itumbuhkannya rasa kebersamaan dan tanggung jawab untuk saling menolong di antara anggota masyarakat, mensucikan diri sekaligus menghilangkan sifat egois, dan meningkatkan taraf hidup orang-orang fakir. Hal ini telah direalisasikan secara nyata dan sukses dalam sejarah Islam, sampai-sampai ketika itu tak ditemukan lagi orang-orang fakir yang berhak mendapat zakat, karena pada saat itu pengelolaan dan pendayagunaan zakat dilaksanakan secara maksimal (Yusuf Qardhawi, 2002: 542-544).      Namun, kondisi seperti itu kini hanya tinggal guratan sejarah terutama setelah hancurnya negara Khilafah Islamiyyah (1924) sebagai ins